Seiring berjalannya waktu, aku semakin menyadari
banyak hal yang selama ini tidak aku pikirkan atau sering aku anggap sepele.
Terkadang, aku merasa begitu tenang dan damai dengan kehidupanku dengan segala
permasalahan rumitnya, aku seperti menikmati begitu saja gejolak emosi yang aku
anggap itu sebagai bentuk kasih sayangnya Dia terhadapku. Tapi, tetap saja,
dengan ke’labil’anku, perasaan itu tak pernah bertahan lama. Tidak jarang,
meski tidak ada masalah berat yang berarti, aku seperti kehilangan arah
hidupku. Aku seperti orang linglung.
Perasaan cemas, takut, khawatir, was-was dan segala yang bersifat ‘galau’ merasuk dengan kasar menguasai hati dan pikiranku. Saat itulah aku merasa berada dititik terendah dalam hidupku. Aku merasa bodoh – bodoh – dan sangat bodoh ! dimoment seperti inilah, kemudian aku terjebak pada bisikan setan yang selalu mendorongku untuk membandingkan kehidupanku <yang buruk> dengan kehidupan ‘mereka’ <yang sangat indah>, tentu saja ini membuatku tidak lagi berada dijalur syukurku pada Allah swt.
Perasaan cemas, takut, khawatir, was-was dan segala yang bersifat ‘galau’ merasuk dengan kasar menguasai hati dan pikiranku. Saat itulah aku merasa berada dititik terendah dalam hidupku. Aku merasa bodoh – bodoh – dan sangat bodoh ! dimoment seperti inilah, kemudian aku terjebak pada bisikan setan yang selalu mendorongku untuk membandingkan kehidupanku <yang buruk> dengan kehidupan ‘mereka’ <yang sangat indah>, tentu saja ini membuatku tidak lagi berada dijalur syukurku pada Allah swt.
Kemudian, aku menyadari ketika aku mendapati diriku
berada di jalan berliku penuh lubang. Aku hanya butuh Allah, lalu aku
mendekatkan diriku padaNya. Tentu, perasaan damai sangat bisa aku rasakan.
Yang seringkali membuatku sangat menyesal adalah
ketika aku menyadari, jika ternyata aku tidak ubahnya seperti orang munafik.
Aku selalu merasa membutuhkan Allah, tapi pada kenyataannya, aku seringkali
mengabaikan perintah-perintahNya, aku dengan mudahnya berpaling ketika
kebahagiaan dunia aku raih, padahal aku tau, bisa jadi kebahagiaan itu adalah
cambuk untukku. Untuk tetap mengingat Dia yang telah memanjakanku dengan
berjuta nikmat dan anugerah.
Point utama tentu adalah syukur. Bersyukur dengan
apapun keadaan kita. Karna sebaik-baik manusia berencana, ‘strategi’ kehidupan
yang dimiliki oleh Allah jauh lebih menyenangkan untuk kita rasakan hasilnya
diwaktu yang sangat tepat. Selalu berpikir positif. Allah tidak akan
meninggalkan umatNya yang tak pernah melupakannya, Allah tidak akan mengabaikan
umatNya yang setiap saat selalu mengingatNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
hanya menerima kritik dan saran yang membangun