Sebenarnya
ini adalah tulisan lamaku, yang belum sempat terselesaikan. Bahkan hingga aku share pun sebenarnya belum sepenuhnya
selesai. Tapi aku pikir tidak apa jika aku membaginya untuk kalian semua. Tulisan
ini sudah aku ketik sejak beberapa bulan
yang lalu,
tapi yang ada aku hanya bisa mengetik beberapa kalimat lalu menghapusnya, mengetiknya lagi untuk kemudian di hapus lagi. Aku benar-benar tidak mempunyai ide untuk tulisanku. Dan itu membuatku sadar diri jika aku memang tidak pandai menulis. Aku tegaskan, aku tidak berbakat menjadi seorang penulis. Jadi apa yang aku tuliskan di catatanku kali ini hanyalah sekedar uneg-unegku mengenai hal-hal apa saja yang tak bisa aku ungkapkan secara langsung kepada orang-orang disekelilingku.
tapi yang ada aku hanya bisa mengetik beberapa kalimat lalu menghapusnya, mengetiknya lagi untuk kemudian di hapus lagi. Aku benar-benar tidak mempunyai ide untuk tulisanku. Dan itu membuatku sadar diri jika aku memang tidak pandai menulis. Aku tegaskan, aku tidak berbakat menjadi seorang penulis. Jadi apa yang aku tuliskan di catatanku kali ini hanyalah sekedar uneg-unegku mengenai hal-hal apa saja yang tak bisa aku ungkapkan secara langsung kepada orang-orang disekelilingku.
Rasanya selalu menarik jika tema yang
diangkat dalam sebuah tulisan atau di suatu perbincangan adalah mengenai
persoalan cinta. Hemm.. Pacaran ? siapa yang belum pernah
pacaran di jaman yang sudah dipengaruhi oleh budaya barat ini ? hampir setiap
orang sudah pernah merasakan indahnya masa pacaran, termasuk aku sendiri (he he), bahkan anak SD jaman sekarang
pun tidak sedikit yang sudah berani ‘nembak’ teman sekelas atau teman bermain
sebayanya. Betapa pacaran sudah dianggap hal yang lumrah sekarang ini.
aku sendiri sebenarnya sedikit
canggung untuk mengangkat tema cinta di tulisanku. Entahlah, aku merasa risih
jika membahas soal cinta, sakit hati, patah hati dan perasaan sebangsanya. Aku
sama sekali tidak bermaksud naif, hanya saja aku bukanlah seseorang dengan
sejuta pengalaman di bidang cinta. Aku hanya pelakon yang sempat beberapa kali
merasakan getaran cinta, mengharapkan cinta dari pria pujaan. Dan
sempat juga menjadi objek “obsesi” seseorang akan cinta. Cintanya padaku..(mungkin).
Tapi sekali lagi, sifat
pemaluku seolah ‘menyelamatkan’ku dari bujuk rayu setan yang berusaha
mendorongku ke kubangan dosa. Dosa apa ? –dosa berpacaran-
Dulu, aku merasa jika Tuhan seolah
berlaku tidak adil denganku. Disaat teman-temanku sudah pernah merasakan
indahnya masa pacaran, aku justru (merasa) sebaliknya, tidak ada yang tertarik
bahkan untuk sekedar mendekatiku pun tidak ada. Itu membuatku berpikir apakah
aku memiliki wajah yang begitu buruk rupa hingga tidak ada seorang pria pun
yang berusaha untuk sekedar mendekatiku atau tertarik
padaku ? aku merasa
diriku sebagai wanita paling malang di dunia ini. Namun, seiring berjalannya
waktu, dengan semakin dewasanya pemikiranku mengenai kehidupanku, aku sangat
bersyukur pada Tuhan karna setelah aku lulus dari sekolah menengah atas, aku
menyadari betapa Tuhan sangat menyayangiku. Dia tidak membiarkanku terjebak
pada lingkaran setan yang telah memutar balikkan suatu kesalahan menjadi sebuah
kelumrahan. Apa itu ? yaa apalagi
jika bukan ‘pacaran’. aku sangat bersyukur, Tuhan begitu menguatkan perasaanku
jika berpacaran itu tidak penting dan tidak ada guna sama sekali. Justru yang
akan didapatkan nantinya hanyalah sebuah kesia-siaan. Karna apa yang kita
lakukan dari sebuah ‘proses’ yang dinamakan pacaran itu, Tuhan tidak pernah
memberikan restu dan berkahNya, justru dosa lah yang tidak segan-segan Ia
hadiahkan untuk mereka yang berpacaran, berdua-dua’an,
bermesraan, ber~bla~bla~bla~~ (silahkan kalian lanjutkan sendiri apa saja yang
biasanya dilakukan oleh dua insan yang tengah dimabuk asmara itu. Adakah manfaatnya
? aku pikir kalianpun sudah tau jawabannya)
Jika dulu aku merasa minder jika
berbincang dengan teman atau siapapun yang tengah membahas pacar mereka
masing-masing, sekarang walau aku hanya sebagai pendengar, setidaknya aku
merasa bahagia
karna Tuhan menjagaku dari perbuatan dosa. Apa aku terlalu naif memaknai
‘pacaran’ dan hakikat dari cinta itu sendiri? Entah sejak kapan, namun setelah aku
mengikuti tausiyah-tausiyah dari ustadz Yusuf Mansur di sebuah acara di salah
satu stasiun televisi swasta setiap pagi, aku mengalami perubahan pola berpikir
mengenai arti hidupku yang sesungguhnya.
Sebenarnya dibeberapa
kesempatan aku
masih suka merasa
iri dengan kalian yang
mempunyai pacar. Tapi, sekali lagi, aku selalu merasa Tuhan sangat
menyayangiku. DIA tidak membiarkanku terperosok dalam jurang yang penuh dengan
dosa. Entahlah, rasanya sulit membahas masalah pacaran di jaman modern ini.
Tapi dari apa yang aku dengar di tausiyah-tausiyahnya ustadz dan ustadzah juga
dari bacaan-bacaan yang berkaitan dengan islam dan pacaran, yang dapat aku
simpulkan adalah pacaran itu tidak ada dalam islam, dan sebenarnya pacaran itu
adalah perbuatan yang tidak baik.
Mungkin
akan menjadi panjang jika bahasan mengenai pacaran ini tetap dilanjutkan. Jadi aku
cukupkan sampai disini saja dulu tulisan pertamaku. Pada intinya, semua kembali
kepada pribadi masing-masing untuk memaknai arti berpacaran yang sesungguhnya. Semoga
Allah memberkahi hidup kita dan melindungi kita dari ajakan-ajakan setan untuk
berbuat dosa. Aamiin~ J
note :
1. semoga apa yang aku tulis bisa bermanfaat atau mungkin ada yang terinspirasi ? heeheee
2. jika ada dari tulisanku yang kurang berkenan mohon dimaklumi dan dimaafkan
3. kritik dan saran yang membangun terbuka untuk siapapun
4. semoga ini bukan terakhir kalinya juga aku menulis, berbagi pengalaman, bertukar pendapat dan sebangsanya untuk kalian. aamiin~
5. sampai jumpa ditulisanku berikutnyaa ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
hanya menerima kritik dan saran yang membangun